Didepan sebuah universitas terpasang gubuk non permanen. Beberapa manusia sering mampir untuk sekedar membaca dan membeli warta. Sekat gubuk memisahkan dengan istana tembok mewah, dan tepat disamping kedai makan yang cukup bagi delapan ekor manusia.
Hari itu mendung, jauh lebih gelap dari malam yang telah terbiasa lewat. Menyiratkan energy listrik MegaWatt bahkan GigaWatt. Dentuman-dentuman sinyal akan ada badai kian meriah dan mengisyaratkan makhluk untuk betahan dalam rasa aman.
Mereka bersahabat, ketiga burung beda ras. Bandel karena masih saja mereka bertengger di atas gubuk penjual warta. Ketiga burung ini bersahabat begitu erat, namun tak pernah mereka memendam rindu satu sama lain. Mereka lebih menyiratkan ketegaran dan kegagahan masing-masing yang masih terpancang didalam kancutnya satu sama lain.
Ndok, pangilan salah satu burung yang hitam panjang dan lebih tebal dalam ukuran rambuk. Dia ditetaskan dalam kandang burung yang berbeda dengan rasnya. Keuletan serta kuatnya tenaga dalam menyiratkan kemampuan menembus nafsu dalam kalbu.
Burung yang satu ini cukup kecil dalam ukuran, panggil aja Ocok. Sewaktu menjadi telur beberapa orang yang menawarnya untuk dibeli lalu digoreng selalu saja merasa tidak cocok, terkadang mereka mengocoknya untuk meyakinkan isinya. Hingga tiba waktunya dia mematuk kulit telurnya untuk keluar, dan menyadari keindahan dunia. Tidak seperti cerita barat tentang Ugly Duck. Dia memang telur cucak rawa yang terhempas pada petarang kandang ayam kampus petelur.
Ocok jauh lebih mengenal realita kehidupan daripada ndok. Kebiasaan ayam dalam bertarung membuat ocok jauh memiliki keikhlasan dan kemampuan bertarung. Bahkan Hasratnya telah sirna terhadap betina dari ranah cinta kisahnya.
Kicaunya merdu, sayapnya berminyak mengidikasikan dia bukan sembarang burung. Paruhnya berbeda dengan ras dan keluarganya. Hanya terdapat tengger dan lantunan kicau-kicau merdu dari budaya keluarganya yang masih cenderung modern dan mampu. Jauhnya garis kemiskinan dan budaya konsumtif tidak membuatnya bahagia. Cerita cintanya yang ditinggal menikah dengan pasangan kekasihnya yang memilih migrasi ke tenggara dalam bulan kedelapan. Membuatnya terpuruk dan meniti tiap tangga kehidupan dalam kisahnya.
Panggil saja Jlim, ras unggasnya memiliki budaya kicau dan tata bahasa yang indah. Kewaspadaannya membuat gubuk menjadi ramai, dan indah. Kali ketiga hujan badai di kota ini menyebabkan mereka tersadar akan kebutuhan lahan yang bersifat permanen. Rasa keamanan dalam masing-masing burung ini memiliki pemahaman yang berbeda.
Bukan dentuman Guntur, bahkan bukan sayatan-sayatan kilat yang membuat mereka takut. Ketakutan mereka berada pada ketidaknyamanan kancut sebagai salah satu tempat berlindung bagi ketiga burung ini. Ocok lebih memilih kancut dengan model T dan menyiratkan warna lembut krem. Kebiasaan manusia dalam memakai kancut yang sempit dan sesak membuatnya merasa kepanasan. Kancut pilihanku berwarna kuning, berenda dan bergambar banteng. Kepiawaian pemikiran ndok dalam bidang politik dan hukum mensyaratkan keamanan burung dalam kancut bukan dari factor eksternal dan rasa nyaman internal. Melainkan factor kenyamanan dalam hidup kepemimpinan yang kuat laksana banteng, keriangan warna kuning dan estetika berenda dalam celana yang telah lama digunakan oleh para betina.
Baiklah kini kita jelaskan fungsi keamanan bagi burung dengan budaya yang sangat berbeda dengan kedua sahabatnya. Pilihan keamanan baginya terlekat pada fungsi tempat berlindungnya. Sarung sarang burung menjadi tepat digunakan pada saat malam panjang. Keluwesan sarung dan hangat yang menjadikan burung terasa nyaman dalam malam-malam panjangnya.
Mau Gaul ? Pake aja Boxer, walaupun tidak seketat Kancut, boxer cenderung lebih mahal karena estetika dan trend yang sedang hot. Karena beberapa actor film porno menunjukkan boxer bermerek produksi itali. Kancut sebenarnya sangat aman, namun gayanya yang kuno dan masih cenderung tradisional membuat burung jlim lebih memilih menggunakan boxer atau sarung aja.
Karena dalam pengalaman burung jlim harus dilarikan kedalam toilet karena kebelet kencing dan sang kancut menekan terlalu kesar sehingga sesak kencing. Coba bayangin klo lagi lihat cewek yang menggairahkan siburung pasti terkena serangan kantong kemih, karena kancut yang sempit dan menyesakkan.
Ketika ditanya tentang kegiatan hasrat dan olah raga yang dilakukan oleh burung-burung ini. Mereka cenderung No coment, hanya jlim dan ocok yang mengisyaratkan senyum simpul dan penuh makna tentang olahraga dengan team atau single. Hanya satu saran dari jlim sebagai burung bermartabat dan ras yang memiliki solidaritas jangan sampai burung tersebut memiliki trek record dan popular dalam olahraga single…?
Arief Rusli/ 13 April 2009
Hari itu mendung, jauh lebih gelap dari malam yang telah terbiasa lewat. Menyiratkan energy listrik MegaWatt bahkan GigaWatt. Dentuman-dentuman sinyal akan ada badai kian meriah dan mengisyaratkan makhluk untuk betahan dalam rasa aman.
Mereka bersahabat, ketiga burung beda ras. Bandel karena masih saja mereka bertengger di atas gubuk penjual warta. Ketiga burung ini bersahabat begitu erat, namun tak pernah mereka memendam rindu satu sama lain. Mereka lebih menyiratkan ketegaran dan kegagahan masing-masing yang masih terpancang didalam kancutnya satu sama lain.
Ndok, pangilan salah satu burung yang hitam panjang dan lebih tebal dalam ukuran rambuk. Dia ditetaskan dalam kandang burung yang berbeda dengan rasnya. Keuletan serta kuatnya tenaga dalam menyiratkan kemampuan menembus nafsu dalam kalbu.
Burung yang satu ini cukup kecil dalam ukuran, panggil aja Ocok. Sewaktu menjadi telur beberapa orang yang menawarnya untuk dibeli lalu digoreng selalu saja merasa tidak cocok, terkadang mereka mengocoknya untuk meyakinkan isinya. Hingga tiba waktunya dia mematuk kulit telurnya untuk keluar, dan menyadari keindahan dunia. Tidak seperti cerita barat tentang Ugly Duck. Dia memang telur cucak rawa yang terhempas pada petarang kandang ayam kampus petelur.
Ocok jauh lebih mengenal realita kehidupan daripada ndok. Kebiasaan ayam dalam bertarung membuat ocok jauh memiliki keikhlasan dan kemampuan bertarung. Bahkan Hasratnya telah sirna terhadap betina dari ranah cinta kisahnya.
Kicaunya merdu, sayapnya berminyak mengidikasikan dia bukan sembarang burung. Paruhnya berbeda dengan ras dan keluarganya. Hanya terdapat tengger dan lantunan kicau-kicau merdu dari budaya keluarganya yang masih cenderung modern dan mampu. Jauhnya garis kemiskinan dan budaya konsumtif tidak membuatnya bahagia. Cerita cintanya yang ditinggal menikah dengan pasangan kekasihnya yang memilih migrasi ke tenggara dalam bulan kedelapan. Membuatnya terpuruk dan meniti tiap tangga kehidupan dalam kisahnya.
Panggil saja Jlim, ras unggasnya memiliki budaya kicau dan tata bahasa yang indah. Kewaspadaannya membuat gubuk menjadi ramai, dan indah. Kali ketiga hujan badai di kota ini menyebabkan mereka tersadar akan kebutuhan lahan yang bersifat permanen. Rasa keamanan dalam masing-masing burung ini memiliki pemahaman yang berbeda.
Bukan dentuman Guntur, bahkan bukan sayatan-sayatan kilat yang membuat mereka takut. Ketakutan mereka berada pada ketidaknyamanan kancut sebagai salah satu tempat berlindung bagi ketiga burung ini. Ocok lebih memilih kancut dengan model T dan menyiratkan warna lembut krem. Kebiasaan manusia dalam memakai kancut yang sempit dan sesak membuatnya merasa kepanasan. Kancut pilihanku berwarna kuning, berenda dan bergambar banteng. Kepiawaian pemikiran ndok dalam bidang politik dan hukum mensyaratkan keamanan burung dalam kancut bukan dari factor eksternal dan rasa nyaman internal. Melainkan factor kenyamanan dalam hidup kepemimpinan yang kuat laksana banteng, keriangan warna kuning dan estetika berenda dalam celana yang telah lama digunakan oleh para betina.
Baiklah kini kita jelaskan fungsi keamanan bagi burung dengan budaya yang sangat berbeda dengan kedua sahabatnya. Pilihan keamanan baginya terlekat pada fungsi tempat berlindungnya. Sarung sarang burung menjadi tepat digunakan pada saat malam panjang. Keluwesan sarung dan hangat yang menjadikan burung terasa nyaman dalam malam-malam panjangnya.
Mau Gaul ? Pake aja Boxer, walaupun tidak seketat Kancut, boxer cenderung lebih mahal karena estetika dan trend yang sedang hot. Karena beberapa actor film porno menunjukkan boxer bermerek produksi itali. Kancut sebenarnya sangat aman, namun gayanya yang kuno dan masih cenderung tradisional membuat burung jlim lebih memilih menggunakan boxer atau sarung aja.
Karena dalam pengalaman burung jlim harus dilarikan kedalam toilet karena kebelet kencing dan sang kancut menekan terlalu kesar sehingga sesak kencing. Coba bayangin klo lagi lihat cewek yang menggairahkan siburung pasti terkena serangan kantong kemih, karena kancut yang sempit dan menyesakkan.
Ketika ditanya tentang kegiatan hasrat dan olah raga yang dilakukan oleh burung-burung ini. Mereka cenderung No coment, hanya jlim dan ocok yang mengisyaratkan senyum simpul dan penuh makna tentang olahraga dengan team atau single. Hanya satu saran dari jlim sebagai burung bermartabat dan ras yang memiliki solidaritas jangan sampai burung tersebut memiliki trek record dan popular dalam olahraga single…?
Arief Rusli/ 13 April 2009